Sedihku tak ingin aku tampakkan
Dalam rona wajahku yang menunduk, dalam gemetar tanganku yang melemah
Menarik diri dalam kalut hati yang menyesakkan
Tertunduk lemas di sudut ruang segi empat tak beratap
Aku terus bertanya,
Siapa diriku? Untuk apa Tuhan menciptakanku?
…dalam sedih, dalam gelap
Aku tahu, rambutku tak selembut ketika pertama kali ia tumbuh
Aku dapat merasakan itu, ketika kedua tanganku terus mengelus helai demi helai rambut yang terurai jatuh
Aku menemukan diriku merindukan sentuhan itu
Dan aku menemukan diriku dalam kolam air kesedihan, selalu.
Aku merindukan ibuku, aku merindukan ayahku.
Kali ini, aku tak menemukan mereka
Hanya umpatan dan teguran orang yang lalu lalang, sambil sesekali mencaci tubuhku yang meremuk
Salahkan aku, salahkan ragaku
“ANAK MANA YANG MAU DIRINYA MENYUSAHKAN KEDUA ORANGTUANYA?”
Hatiku berteriak, tanpa suara
Tangisku pecah
Sepiku hilang
Lalu aku tersengguk dalam sesaknya dada yang terus mengembang kempis, mencari secercah udara
Aku terdiam
Aku berpikir
Sedihku tak berguna lagi
Imanku akan lebur
Lalu Tuhan berkata padaku
“Ingatlah.. Kesedihan bukan sebagian dari Iman.”
Aku tersenyum
“Ingatlah..” kata Tuhan padaku
lalu Ia tersenyum
Ingatlah, kata Tuhan
Advertisements